Percy Jackson: Sea of Monsters (2013)

Annabeth: Forget the Oracle. You don’t like your destiny? Write a new one!

Image

Directed By: Thor Freudenthal

Cast: Logan Lerman, Alexandra Daddario, Douglas Smith, Leven Rambin, Brandon T. Jackson, Jake Abel, Anthony Head, Stanley Tucci, Paloma Kwiatkowski, Nathan Fillion, Robert Knepper

Synopsis:

Camp Half- Blood adalah tempat paling aman bagi para demigod. Dikarenakan tempat tersebut dilindungi oleh sebuah pohon pinus jelmaan demigod keturunan Zeus bernama Thalia Grace (Kathelyn Mager- young/ Paloma Kwiatkowski – teenage

7 tahun setelah peristiwa tersebut, Camp Half- Blood mendapatkan serangan dari demigod jahat, Luke Castellan (Jake Abel) setelah meracuni Thalia’s Tree tersebut. Diperkirakan satu- satunya cara menyembuhkan pohon itu adalah dengan Golden Fleece yang dijaga ketat oleh seorang Cyclops jahat. Untuk mencapai Circeland, pulau tempat Cyclops tersebut tinggal, harus melewati lautan berbahaya yang disebut Sea of Monsters.

Untuk mengemban misi berbahaya ini, diutuslah seorang keturunan Hades bernama Clarisse La Rue (Leven Rambin) dan seorang Satyr Ichneutae (Jordan Weller). Pada saat itu Percy Jackson (Logan Lerman) yang mulai meragukan apakah dirinya benar- benar seorang hero terpanggil untuk menyusul Clarisse mencari bulu domba emas tersebut. Dengan bantuan satyr pelindungnya Grover Underwood (Brandon T. Jackson), Annabeth Chase (Alexandra Daddario), dan saudara tirinya Tyson (Douglas Smith) yang seorang Cyclops, Percy menuju Lautan monster yang lebih dikenal sebagai segitiga bermuda untuk menuju Circeland.

Review:

Image

Tradisi latah atau ikut- ikutan sudah bertahun- tahun dilakukan di industri perfilman. Kita tentu masih ingat booming genre horor remaja di tahun 90an setelah Scream mendapatkan respon positif atau tradisi film superhero dark yang dimulai oleh seorang pria bernama belakang Nolan. Bukan hanya di blantika perfilman Hollywood saja, Indonesia juga terkenal dengan tradisi latah ini. Film- film bergenre anak- anak, horor sex, drama romantis rohani, dan lain sebagainya sempat menjadi booming pada masanya.

Begitu juga dengan genre film fantasi remaja yang mulai booming tatkala kisah penyihir paling terkenal seluruh dunia sukses diangkat menjadi sebuah film. Berbondong- bondong franchise macam Narnia, His Dark Materials, Eragon, dan Percy Jackson & The Olympians dibeli oleh studio- studio besar dengan harapan dapat menyamai prestasi sang penyihir. Namun di antara para pengikut tersebut tercatat hanya Percy Jackson dan Narnia yang bisa dikatakan cukup berhasil. Terbukti sampai dibuatkan sekuelnya.

Image

Film pertamanya yang rilis di tahun 2010 sempat mendapatkan respon beragam. Meskipun dihujat di sana- sini dan mendapatkan rating yang buruk, namun sepertinya beberapa kalangan cukup terpuaskan. Sebenarnya film tersebut untuk sebuah hiburan cukup menghibur, namun perbedaan yang cukup banyak antara buku dan film membuat sejumlah kritikan pedas tidak bisa dielakkan. Khususnya mengenai umur para tokoh utama.

Jika kita baca bukunya, Percy dan Annabeth berusia 13 tahun di buku pertama (Percy Jackson & The Olympians: The Lightning Thief) dan berusia 17 tahun di buku kelimanya (Percy Jackson & The Olympians: The Last Olympian). Sementara Grover berusia 28 tahun, namun penampakan satyr berbeda dengan manusia. Pada usia 28 tahun, satyr tampak seperti anak- anak berusia 14 tahun. Dan Clarisse La Rue berusia 14- 18 tahun selama franchise itu berlangsung. Well, hal ini jelas- jelas sangat tidak pas melihat penampilan dan usia pemain- pemain yang memerankannya. Kecuali mungkin Jake Abel yang masih pantas memerankan Luke Castellan karena selama 5 buku Percy Jackson, usia antagonis utama tersebut sekitar 19- 23 tahun.

Image

Kesalahan fatal tersebut mengakibatkan berbagai macam hal penting dari novelnya ikut- ikutan dirubah. Yang paling parah adalah isi The Great Prophecy mengenai usia sang hero yang dimaksud.

Seperti halnya film- film adaptasi novel lainnya yang mengurangi beberapa event penting demi sebuah durasi, akan menyebabkan film terlalu dragging dan menjadi tidak begitu jelas bagi para penonton non fans. Hal tersebut sama halnya dengan film ini.  Perubahan- perubahan kecil yang sebenarnya cukup signifikan membuat film ini berada di bawah kualitas film pertamanya.

Image

Terlepas dari perbedaan usia para aktor, penampilan dan akting para aktor memiliki nilai yang beragam. Di antara jajaran cast saya hanya melihat 3 cast yang sangat baik dalam membawakan perannya. Pertama sang pemeran titular character, Kemudian Stanley Tucci yang memerankan Mr. D. Gaya selebor dan santainya benar- benar sangat pas dalam memerankan sang dewa anggur tersebut. Lalu Leven Rambin yang memerankan Clarisse. Dia bisa menampilkan keganasan serta fierce yang dimiliki oleh seorang Clarisse. Berbeda dengan rekan- rekannya tersebut, Jake Abel, Alexandra Daddario, Brandon T. Jackson, serta Douglas Smith kurang bisa membawakan karakternya dengan baik. Bahkan penampilan, Jackson yang dengan alasan faktor comedy relief nya jadi dibanyak- banyakin kemunculannya, malah membuat jengah serta terlalu annoying.

Kalau Alexandra Daddario masih bisa dimaapin deh. Biar udah tuir tapi kan bodinye semok dan wajahnya kece. (Dasar cowok!)

Image

Terbukti sudah bahwa penggantian sutradara malah menjadi sebuah keputusan buruk. Chris Columbus sebagai sutradara film pertamanya, memang tidak seberhasil mengadaptasi seri pertama Harry Potter, namun setidaknya dia memiliki sense yang bagus dalam membuat sebuah film keluarga.

Namun di balik itu semua, Sea of Monsters masih menyimpan nilai- nilai positif, seperti sinematografi yang bagus dan spesial efek yang lumayan pas. Dan yang tidak ketinggalan pula disain karakter para monster yang apik. Beberapa adegan aksi juga lumayan menegangkan. Beberapa scene digambarkan dengan sangat baik. Dan menurut saya dari semua scene hasil transalasi novelnya, scene awal yang menceritakan legenda Thalia’s Tree yang digambarkan paling baik.

Image

Well, jadi apakah ada kemungkinan ketiga buku lanjutannya akan difilmkan juga? Mengingat rating yang kurang begitu memuaskan rasanya sulit untuk terjadi. Namun beda lagi jika nanti peraihan box office membuktikan berbeda. Bagaimanapun juga, saya sebagai penggemar serial novelnya, tetap berharap semua kelima novelnya difilmkan. (dnf).