Di Balik 98 (2015)

Soeharto: Saya kapok jadi presiden

Poster

Directed By: Lukman Sardi

Cast: Chelsea Islan, Donny Alamsyah, Boy William, Ririen Ekawati, Teuku Rifnu Wikana, Bima Azriel, Amoroso Katamsi, Agus Kuncoro, Verdi Solaiman, Alya Rohali, Fauzi Baadilla

Synopsis:

Jakarta Mei 1998, ribuan mahasiswa demo turun ke jalan menuntut lengsernya Soeharto (Amoroso Katamsi). Jakarta menjadi rusuh, penjarahanpun terjadi di mana- mana. Warga keturunan menjadi bulan- bulanan masyarakat pribumi yang mengamuk.

Diana (Chelsea Islan) adalah seorang mahasiswi aktivis Trisakti yang ikut turun ke jalan. Daniel (Boy William), pacarnya yang ikut sebagai aktivis, mengalami dilema setelah ayah dan adiknya hilang di tengah kerusuhan. Salma (Ririen Ekawati), kakak Diana, yang bekerja di dapur istanapun ikut hilang di tengah kerusuhan. Diana menyalahkan kakak iparnya, Bagus (Donny Alamsyah) yang seorang tentara, sebagai suami yang tidak bertanggung jawab. Rela meninggalkan kakaknya yang hamil tua demi membela rezim orde baru, yang dinilai salah.

Sementara seorang pemulung (Teuku Rifnu Wikana) terjebak di tengah kerusuhan bersama anaknya (Bima Azriel).

Review:

asdafad

Tragedi Kerusuhan Mei 1998 adalah salah satu catatan hitam dalam sejarah bangsa Indonesia. Kerusuhan yang dipicu oleh terpilihnya lagi presiden Soeharto tersebut menjadi semakin meruncing setelah 4 mahasiswa trisakti tewas tertembak aparat di dalam kampusnya, sementara belasan lainnya hilang hingga saat ini. Kerusuhan yang menjurus ke isu SARA ini dinilai juga sebagai tolak balik peta politik Indonesia, dan secara tidak langsung menelurkan demonstrasi- demonstrasi yang hingga saat ini kerap terjadi, akibat diberlakukannya bebas berpendapat.

014924600_1421300694-dibalik98-alyarohali-ririnekawati

Saat itu, banyak yang masyarakat Tionghoa yang menilai bahwa kerusuhan Mei 1998 ini sebagai salah satu usaha genosida etnis keturunannya, apalagi ditambah dengan tewasnya seorang aktivis keturunan, Ita Martadinata Haryono, setelah sebelumnya diculik, diperkosa, dan disiksa. Hingga saat ini belum terbukti apakah kerusuhan tersebut dipicu oleh oknum- oknum pemerintahan atau perkembangan provokasi suatu kalangan yang berkembang secara sporadis. Yang pasti, tragedi 1998 menimbulkan duka yang mendalam bagi seluruh rakyat Indonesia, hingga saat ini.

DIBALIK-98_haibaru650Di Balik 98 bukanlah film pertama yang menceritakan tentang kerusuhan Mei 1998, sebelumnya telah ada beberapa judul film, yang baik hanya sebagai latar belakang, atau secara sedikit menceritakan tentang tragedi tersebut. May, Merry Riana, dan Pocong (Dilarang beredar di Indonesia) adalah beberapa film yang menyinggung tragedi tersebut. Namun Di Balik 98 adalah film studio besar pertama yang menceritakan secara lengkap tragedi tersebut dengan kisah- kisah fiksi sebagai fokus cerita.

10929070_344698252321372_6558587867987702803_o

Adapun yang menjadi nilai penting dari film ini adalah usaha Lukman Sardi untuk menggambarkan secara detil penampakan kota Jakarta di masa tersebut. Baik dari pakaian yang dikenakan, kendaraan yang digunakan, sampai logo- logo stasiun TV. Kesemuanya dibuat dengan teliti. Meskipun masih ada satu- dua hal yang missed dari penggambaran tersebut, namun hal ini patut diberikan apresiasi tersendiri.

10931711_345549608902903_1064520990975628663_o

Lukman Sardi juga mencoba untuk menggambarkan efek dari kerusuhan tersebut lewat kacamata beberapa golongan masyarakat. Dari sudut pandang aktivis, warga keturunan, rakyat kecil, sampai tentara yang diperankan secara apik oleh Donny Alamsyah sebagai bentuk dilema antara tugas, melindungi keluarga, serta rasa enggan untuk bentrok dengan masyarakat, yang bisa jadi, keluarga sendiri. Namun gambaran rakyat kalangan bawah yang digambarkan secara duet oleh Teuku Rifnu Wikana dan Bima Azriel terasa tidak penting dan kurang begitu digali lebih dalam. Jadi kesannya hanya syarat saja supaya ada lapisan bawah yang ikut terwakili oleh film ini.

sgsgahh

Namun tampak di film ini, Lukman Sardi masih bermain aman dengan mencoba untuk bersikap netral. Bahkan gambaran sosok presiden Soeharto digambarkan sebagai karakter yang paling dirugikan oleh peristiwa ini. Sisi manusiawi Soeharto ini dengan mantap mampu dilukiskan lewat Amoroso Katamsi. Hal ini tidaklah mengherankan, mengingat peran tersebut sudah sangat lekat di dirinya lewat film Pengkhianatan G-30S PKI dulu, di mana Amoroso memerankan sosok Soeharto yang lebih muda.

98

Lukman Sardi juga cukup beruntung bisa melobi Chelsea Islan dan Boy Wiliam untuk bergabung di film ini. Mengingat 2 nama tersebut adalah 2 nama pemain muda yang sedang naik daun pasca keterlibatannya di salah satu stasiun TV swasta. Chelsea Islan bermain sangat baik lewat luapan- luapan emosi, yang meski terkadang cukup lebay. Namun di luar Chelsea, Donny, dan Amoroso, tidak ada aktor/ aktris lain yang bisa menjalankan perannya dengan cemerlang. Dan yang cukup disayangkan adalah Teuku Rifnu Wikana. Aktor watak yang biasa bermain dengan apik tersebut, di sini terlihat kaku dan cukup aneh lewat bahasa tubuhnya sebagai seorang pemulung yang pincang.

film-di-balik-98-hadir-di-bioskop-januari-2015-LlS

Dan dari segi pemeran yang paling parah adalah pemilihan aktor- aktor yang memerankan karakter non fiksi. Mereka (selain Amoroso dengan wig-nya), jauh dari kata “mirip”. Bahkan, jika tidak diberikan sub-text ataupun nametag, kita tidak bisa menebak mana yang Amien Rais, mana yang SBY, mana yang Wiranto, mana yang Prabowo, dan lain- lain. Yang sangat lucu adalah Agus Kuncoro yang memerankan karakter Habibie. Jika Reza Rahadian dulu mampu membawakan karakter Habibie secara natural dan berwibawa, di sini Agus Kuncoro, dengan akting komikalnya, malah seperti sedang memerankan dagelan politik macam Republik Mimpi. Anyway busway, di sini Agus Kuncoro lebih mirip Lukman Sardi ketimbang B.J. Habibie. Jadi sepertinya dia berperan sebagai Lukman Sardi yang memerankan B.J. Habibie di acara semacam Republik Mimpi.

url

Selain itu, dengan adanya melebarnya konflik serta sub-plot yang mengarah kepada banyaknya karakter, baik fiksi maupun non fiksi, membuat film ini kacau balau tidak terarah. Tensi ceritapun menjadi sangat dragging dan kurang menarik di banyak hal. Di beberapa scene yang seharusnya cukup menegangkan, malah menjadi membosankan. Malahan, ketimbang drama politiknya, drama keluarga yang menjadi plot utama film ini lebih bagus dan rapi digambarkan. Selain itu dengan memasukan beberapa footage yang menampilkan beberapa karakter yang diperankan oleh aktor di film ini malah menjadi bumerang. Mengingatnya tidak miripnya aktor- aktor tersebut, seharusnya footage juga direka ulang dengan menggunakan aktor tersebut, sehingga bisa lebih diterima mata.

donny-alamsyah-dan-chelsea-islan

So, terlepas dari keberhasilan Lukman Sardi dalam menyulap keadaan sesuai dengan pemandangan 1998, film Di Balik 98, menjadi hambar dan kurang bisa membawa semangat reformasi dengan baik. Boro- boro menggambarkan peristiwa penting seperti Pengkhianatan G-30S PKI, drama politik yang seharusnya bisa cukup menegangkanpun tidak bisa ditampilkan dengan baik. Untungnya film ini masih didukung oleh pemeran- pemeran utama yang bermain cukup apik (nulis sambil melupakan pemeran- pemeran karakter non fiksi, oiya kecuali Amoroso). Namun keberanian Lukman Sardi untuk menyutradarai film berskala besar macam ini didebut penyutradaraan layar lebarnya patut diacungi jempol.

Rating:

6.5/10

Leave a comment